Sabtu, 23 Februari 2013

Yuna Lin

Sampai sekarang aku tetap tidak mengerti bagaimana dan kapan rasa ini hadir. Yang aku tahu hanya rasa aman ketika aku berlindung dibawah pelukamu, hangat, damai. Aku tidak akan menangis ketika aku jatuh sakit, aku tidak akan mengeluh dan memaki Tuhan ketika ada seseorang yang menyakiti hatiku selama kamu masih setia menemani aku disini, ya disini, disini bersamaku.
Masihkah kamu ingat ketika pertama kali kamu membuat aku menangis dengan lelucon klasikmu tentang vampir itu? Taukah kamu sebenarnya saat itu aku bahagia, rasa takut itu seketika hilang saat aku merasakan hangatnya pelukanmu untuk yang pertama kali. Aku ingin mengingat setiap hal yang sudah kita lalui bersama, aku ingin mengukir permanen wajahmu di pikiranku. Aku ingin merasakan kembali setiap detik kebersamaan kita.
Kamu itu sederhana namun berharga bagiku, kamu selalu menang dua langkah setelah aku, kamu itu ajaib, kamu adalah satu - satunya orang bisa mengubah sakit hati menjadi kasih. Kamu selalu mempunyanyi tempat khusus di hatiku. Tapi masih bisakah aku melihat senyum dan tawa surgamu itu? Bisakah aku mendengar teguran manismu yg tegas itu? Aku ingin semua itu kembali, karena saat itu juga jiwaku akan hidup lagi. Tawaku, semangatku, detak jantungku akan kembali lagi.

Bandara. Kenapa tempat itu selalu menjadi tempat perpisahan paling mengharukan. Ah.. begitu bodohnya aku yang merusak perpisahan itu dengan ego dan perasaanku, apa mungkin karena terlalu dalam perasaanku kepada dia sehingga begitu bodohnya aku saat itu. begitu kacaunya aku ketika detik - detik dia akan pergi sampai - sampai aku habis akal dan terjadilah pengakuan itu.

"Apakah kamu sudah memperhitungkan semuanya? 4 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bagaimana bisa aku bertahan selama itu, tanpamu, tanpa ada kamu disini?"
"Dengar, kamu tidak bisa bergantung padaku selamanya. Kamu akan punya kehidupanmu sendiri dan akupun sama."
"Tapi aku ingin hidup selamanya bersamamu, aku ingin menghabiskan hidupku hanya bersamamu. Kita bisa mulai dari awal dengan cerita yang berbeda."
"Tidak bisa."
"Kenapa?"
"..."
"Kak, aku sebenarnya... selama ini... aku... maafkan aku kak, aku bukan adik yang baik, aku mencintaimu."

Dia memelukku, tapi sebenarnya aku tidak menginginkan pelukan dingin itu. Aku menangis. Hening.
Ini pertama kalinya aku ingin mengakhiri pelukan darinya. Tapi aku sengaja tidak bergerak karena mungkin itu pelukan terakhir yang aku rasakan. Tuhan, aku benar - benar mencintainya sekaligus benci, kenapa kita tercipta hanya sebagai saudara beda darah? Aku tidak terima semua ini, aku marah kepadaMu Tuhan. Bagaimana bisa Engkau ambil satu -satunya alasan untukku hidup? Engkau tahu dia segalanya bagiku, Engkau tahu aku mencintainya lebih dari segalanya.
Dia pergi ke negeri sebrang, tapi bagiku sekarang dia pergi untuk selamanya dari hatiku karena aku tahu sampai kapan pun 'dia' yang aku kenal tidak akan kembali lagi. Memang, aku bukanlah adik yang baik. Adik yang baik tidak pernah cemburu dan menyimpan cinta.

***
Dan ini saya persembahkan untuk Yuna teman jauhku yang sudah membuat Tuhan cemburu dan turun tangan. Yuna yang sengaja membutakan mata dan masih membukus rapi luka bernanah yang mulai karatan di hatinya, di sudut hatinya yang paling gelap. Aku menyayangimu :)