Senin, 27 Mei 2013

Profesional Sinner



Di keramaian ini aku merasa sendiri, klise ya? :’)
Tapi beginilah adanya, di tengah lautan kesenangan makhluk lain aku terperosok dalam kediamanku yang paling sunyi. Bukan mengada – ada namun bukan juga harapku. Sepertinya setan mulai ngengrogoti imanku lagi, sedikit demi sedikit mereka melayangkan serangan intimidasinya, lagi dan lagi, masa laluku jadi senjata utama mereka dan hatiku adalah targetnya. Kalau aku begini adanya, tak berkawan, bukan maksud mengkambinghitamkan setan, tapi entahlah...
Aku heran dengan Sang Pencipta, dengan hidupku yang begitu busuk masih saja Dia memandangku murni tak bercela, ini bukan teori alkitabiah semata, bukti berceceran dalam berjuta lembar masaku. Begitu banyak cacian, hujatan dan makian yang aku lemparkan ke mukaNya, bukan sok mendramatisir tetapi inilah kebenarannya, begitu jahat dan pembangkangnya aku terhadap Dia, entah berapa triliun juta air mata yang Dia jatuhkan ketika melihat kebejatanku. Aku yang dengan sadar telah merusak tubuh dan jiwa yang Dia titipkan kepadaku ini. Aku remukan hatiNya yang Dia berikan kedapaku. Aku buang dan injak – injak semua harapan dan hidupNya yang dengan peluh kesakitan Dia relakan untuk aku. Aku maki setiap kasih yang Dia selipkan di antara mentari dan bulan. Menyalahgunakan berkatNya adalah hobiku. Bahkan tak jarang aku meminjam NamaNya untuk kesenanganku. Sungguh bukan jenis makhluk yang mesti dikasihani, dibuang mungkin yang paling benar. Dengan tanganku ini aku tak hanya menykiti Dia, semua orang disekitarku menjadi sasaran empuk mantan sekutu setan ini, orang tua bahkan diriku sendiri. Hancur, begitu tak layaknya hidupku ini. Benar – benar seonggok gadis yang tak murni ini pantas untuk dibinasakan.
Ini yang membuat aku heran dengan Dia, Yang Maha Suci. Bagaimana bisa, bagaimana mungkin Dia yang begitu suci dan sempurna mau memperhitungkan aku yang semacam ini. Sungguh inilah yang membuat aku bertelut pada kemurnian kasihNya, aku benar – benar tidak habis pikir, sebenarnya apa yang Dia lihat dari aku? Bahkan Dia memanggilku ‘anak’.
Kira – kira bulan November tahun lalu, saat itu aku selesai melakukan laranganNya yang sempat  jadi hobi favoriteku, aku diam dengan mata terpejam di bawah lengan seorang laki – laki yang sudah lama aku kenal. Aku senang tapi sedih, ada sesuatu yang mengganggu hatiku, seperti ada yang tidak beres dengan isi hatiku. Seharusnya aku bahagia bersama dengan orang yang aku cintai, tapi aku tidak. Aku menangis, menangis kesepian. Hampa dan tidak ada tentram, masih ada satu space di dalam potongan jiwaku itu. Aku tidak mengerti dan terus menangis, semakin deras dan ini membuat aku semakin hancur. Aku yang hanya berselimut pasmina keluar dari sarang pendosa itu, aku masih menangis dan menangis. Aku ingin dipeluk tapi bukan oleh laki – laki yang sedang pulas di dalam sana. Aku ingin... aku tidak tahu dengan apa yang aku inginkan. Lalu aku duduk dan tertidur dipojok bawah tangga. Sungguh menyedihkannya diriku.
Itu hanya setitik dari berjuta lembar dosaku.
Tahu tentang cerita pendosa kakap zaman nabi? Maria Magdalena. Aku menangis gila saat seseorang berhati malaikat berbicara tentang Maria, sekarang aku mengerti kenapa Dia yang Suci itu memandangku berharga.
“if any one of you without sin, let him be the first to throw a stone at her.” Lalu Dia mengulurkan tangan kepada perempuan pendosa itu. Sehitam – hitamnnya hati ketika kita mau mengangkat tangan untuk menyerah, saat itu juga Dia akan mengangkat kita. Semua orang berdosa, tidak ada satu insan pun yang berhak menghakimi kita. Begitu bijak dan berkuasanya Dia. Aku seperti Maria yang sedang dihujat dan ditolak dimana – mana, tapi Dia, Mesias yang Maha Suci itu, dengan kasihNya mau menyentuh aku bahkan memelukku.
“Go now, and leave your life of sin.”
Sebenarnya Dia yang paling berhak untuk melempar batu ke mukaku, tapi Dia tidak. Dia membiarkanku pergi dengan syarat hidup dalam jaminanNya. Sungguh sebuah keajaiban aku bisa berjumpa dan mengenal Dia, Dia yang luar biasa baik.
“It is not the healthy who need a doctor, but the sick. But go and learn what this means, “I desire mercy not sacrifice for i have not to call the righteous, but sinner.”
Dia datang bukan untuk orang benar tapi pendosa sepertiku, Dia mau  datang dan memulihkan aku, memelukku dan terus menggandengku sampai pada akhirnya kita benar – benar berkumpul di RumahNya. Begitu besar kasih dan cintaNya untuk aku, Dia Raja tapi mau mati untuk aku, mantan pemberontak. Tapi inilah kebenarannya darahNya memutihkanku.
Im forgiven, aku telah diampuni, aku telah disucikan, aku telah dipulihkan. Dia lebih dasyat dari dokter dunia, Dia mampu menyatukan hatiku yang sudah retak bahkan bercecer. Dia datang untuk menyentuh hati langsung. Sudah tidak ada penolakan dalam hidupku. Aku mau ikut Dia kemanapun Dia pergi. Memang benar jalanNya tidak selalu mulus, tapi selalu ada jaminan keselamatan  disetiap ketidakmulusan itu. Amazing Love! Praise The Lord! 

Untuk mantan profesional sinner yang telah diampuni, wanita hebat karena mau menerima Tuhan.