Di
keramaian ini aku merasa sendiri, klise ya? :’)
Tapi
beginilah adanya, di tengah lautan kesenangan makhluk lain aku terperosok dalam
kediamanku yang paling sunyi. Bukan mengada – ada namun bukan juga harapku.
Sepertinya setan mulai ngengrogoti imanku lagi, sedikit demi sedikit mereka
melayangkan serangan intimidasinya, lagi dan lagi, masa laluku jadi senjata
utama mereka dan hatiku adalah targetnya. Kalau aku begini adanya, tak berkawan,
bukan maksud mengkambinghitamkan setan, tapi entahlah...
Aku
heran dengan Sang Pencipta, dengan hidupku yang begitu busuk masih saja Dia
memandangku murni tak bercela, ini bukan teori alkitabiah semata, bukti
berceceran dalam berjuta lembar masaku. Begitu banyak cacian, hujatan dan
makian yang aku lemparkan ke mukaNya, bukan sok mendramatisir tetapi inilah
kebenarannya, begitu jahat dan pembangkangnya aku terhadap Dia, entah berapa
triliun juta air mata yang Dia jatuhkan ketika melihat kebejatanku. Aku yang
dengan sadar telah merusak tubuh dan jiwa yang Dia titipkan kepadaku ini. Aku
remukan hatiNya yang Dia berikan kedapaku. Aku buang dan injak – injak semua
harapan dan hidupNya yang dengan peluh kesakitan Dia relakan untuk aku. Aku
maki setiap kasih yang Dia selipkan di antara mentari dan bulan.
Menyalahgunakan berkatNya adalah hobiku. Bahkan tak jarang aku meminjam NamaNya
untuk kesenanganku. Sungguh bukan jenis makhluk yang mesti dikasihani, dibuang
mungkin yang paling benar. Dengan tanganku ini aku tak hanya menykiti Dia,
semua orang disekitarku menjadi sasaran empuk mantan sekutu setan ini, orang
tua bahkan diriku sendiri. Hancur, begitu tak layaknya hidupku ini. Benar –
benar seonggok gadis yang tak murni ini pantas untuk dibinasakan.
Ini
yang membuat aku heran dengan Dia, Yang Maha Suci. Bagaimana bisa, bagaimana mungkin
Dia yang begitu suci dan sempurna mau memperhitungkan aku yang semacam ini.
Sungguh inilah yang membuat aku bertelut pada kemurnian kasihNya, aku benar –
benar tidak habis pikir, sebenarnya apa yang Dia lihat dari aku? Bahkan Dia memanggilku
‘anak’.
Kira
– kira bulan November tahun lalu, saat itu aku selesai melakukan laranganNya
yang sempat jadi hobi favoriteku, aku
diam dengan mata terpejam di bawah lengan seorang laki – laki yang sudah lama
aku kenal. Aku senang tapi sedih, ada sesuatu yang mengganggu hatiku, seperti
ada yang tidak beres dengan isi hatiku. Seharusnya aku bahagia bersama dengan
orang yang aku cintai, tapi aku tidak. Aku menangis, menangis kesepian. Hampa
dan tidak ada tentram, masih ada satu space di dalam potongan jiwaku itu. Aku tidak
mengerti dan terus menangis, semakin deras dan ini membuat aku semakin hancur.
Aku yang hanya berselimut pasmina keluar dari sarang pendosa itu, aku masih
menangis dan menangis. Aku ingin dipeluk tapi bukan oleh laki – laki yang
sedang pulas di dalam sana. Aku ingin... aku tidak tahu dengan apa yang aku
inginkan. Lalu aku duduk dan tertidur dipojok bawah tangga. Sungguh
menyedihkannya diriku.
Itu
hanya setitik dari berjuta lembar dosaku.
Tahu
tentang cerita pendosa kakap zaman nabi? Maria Magdalena. Aku menangis gila
saat seseorang berhati malaikat berbicara tentang Maria, sekarang aku mengerti
kenapa Dia yang Suci itu memandangku berharga.
“if any one of
you without sin, let him be the first to throw a stone at her.” Lalu Dia
mengulurkan tangan kepada perempuan pendosa itu. Sehitam – hitamnnya hati
ketika kita mau mengangkat tangan untuk menyerah, saat itu juga Dia akan mengangkat
kita. Semua orang berdosa, tidak ada satu insan pun yang berhak menghakimi
kita. Begitu bijak dan berkuasanya Dia. Aku seperti Maria yang sedang dihujat
dan ditolak dimana – mana, tapi Dia, Mesias yang Maha Suci itu, dengan kasihNya
mau menyentuh aku bahkan memelukku.
“Go now, and
leave your life of sin.”
Sebenarnya
Dia yang paling berhak untuk melempar batu ke mukaku, tapi Dia tidak. Dia
membiarkanku pergi dengan syarat hidup dalam jaminanNya. Sungguh sebuah
keajaiban aku bisa berjumpa dan mengenal Dia, Dia yang luar biasa baik.
“It is not the
healthy who need a doctor, but the sick. But go and learn what this means, “I
desire mercy not sacrifice for i have not to call the righteous, but sinner.”
Dia
datang bukan untuk orang benar tapi pendosa sepertiku, Dia mau datang dan memulihkan aku, memelukku dan
terus menggandengku sampai pada akhirnya kita benar – benar berkumpul di
RumahNya. Begitu besar kasih dan cintaNya untuk aku, Dia Raja tapi mau mati
untuk aku, mantan pemberontak. Tapi inilah kebenarannya darahNya memutihkanku.
Im
forgiven, aku telah diampuni, aku telah disucikan, aku telah dipulihkan. Dia
lebih dasyat dari dokter dunia, Dia mampu menyatukan hatiku yang sudah retak
bahkan bercecer. Dia datang untuk menyentuh hati langsung. Sudah tidak ada
penolakan dalam hidupku. Aku mau ikut Dia kemanapun Dia pergi. Memang benar
jalanNya tidak selalu mulus, tapi selalu ada jaminan keselamatan disetiap ketidakmulusan itu. Amazing Love!
Praise The Lord!
Untuk mantan profesional sinner yang telah diampuni, wanita hebat karena mau menerima Tuhan.
Untuk mantan profesional sinner yang telah diampuni, wanita hebat karena mau menerima Tuhan.